Doa kepada St. Mikhael

Santo Mikhael Malaikat Agung,

Belalah kami pada hari pertempuran,

Jadilah pelindung kami,

Melawan kejahatan dan jebakan si jahat.

Dengan rendah hati kami mohon,

Kiranya Allah menghardiknya,

Dan semoga Engkau.

Hai Panglima Pasukan Surgawi,

Dengan kuasa Allah,

Mencampakan ke dalam neraka,

Setan dan semua roh jahat lain,

Yang berkeliaran di dunia,

Hendak membinasakan jiwa-jiwa.

Amin.


Minggu, 17 Januari 2010

Lanjutan Bag II

Bunda Maria mengatakan: “Aku ingin engkau mendengarkan dengan seksama bacaan-bacaan dan seluruh homili imam. Ingat bahwa Kitab Suci mengatakan bahwa Sabda Tuhan tidak akan kembali tanpa menghasilkan buah. Apabila engkau mendengarkan dengan seksama, sesuatu dari semua yang telah engkau dengarkan akan tinggal dalammu. Berusahalah untuk mengingat sepanjang hari, Sabda yang berkesan bagimu. Terkadang, itu dapat berarti dua ayat; terkadang bacaan dari seluruh Injil, atau mungkin hanya satu kata saja. Resapkanlah Sabda itu sepanjang hari dan maka ia akan menjadi bagian darimu, sebab demikianlah caranya untuk mengubah hidup seseorang, dengan membiarkan Sabda Tuhan mengubahmu.

Dan sekarang, katakan kepada Tuhan bahwa engkau ada di sini untuk mendengarkan, bahwa engkau rindu Ia berbicara kepada hatimu pada hari ini.”  

Sekali lagi aku mengucap syukur kepada Tuhan sebab telah memberiku kesempatan untuk mendengarkan Sabda-Nya. Dan aku mohon pada-Nya untuk mengampuniku karena hatiku yang keras kaku selama bertahun-tahun, dan karena mengajarkan kepada anak-anakku bahwa mereka harus pergi ke Misa pada hari Minggu karena demikianlah yang diperintahkan oleh Gereja dan bukan karena kasih, karena kebutuhan untuk dipenuhi oleh Tuhan….

Karena aku, yang telah menghadiri begitu banyak Perayaan Ekaristi, terutama demi memenuhi suatu kewajiban, dan dengan demikian percaya bahwa aku diselamatkan; pikiran untuk mengalami perayaan tidak pernah terlintas dalam benakku, apalagi memberikan perhatian pada bacaan-bacaan ataupun homili imam!

Betapa kesedihan hebat aku rasakan atas begitu banyak tahun yang hilang sia-sia akibat keacuhanku!... Betapa dangkal kehadiran kita dalam Misa apabila kita pergi hanya karena itu adalah Misa perkawinan atau Misa arwah atau karena kita ingin bermasyarakat! Betapa suatu kebodohan besar mengenai Gereja kita dan Sakramen-sakramen! Betapa banyak kita membuang-buang waktu dalam berusaha mendidik diri dan menjadi beradab mengenai hal-hal duniawi, hal-hal yang dapat lenyap dalam sekejap tanpa meninggalkan suatu apapun bagi kita. Hal-hal yang, di akhir hidup kita, bahkan tidak dapat berguna untuk menambahkan barang semenit saja dari masa keberadaan kita! Namun demikian, kita sama sekali tak tahu menahu mengenai hal-hal yang akan mendatangkan bagi kita suatu cicipan Surgawi di bumi dan pada akhirnya, kehidupan kekal. Dan kita menyebut diri sebagai laki-laki dan perempuan beradab…!

Beberapa waktu kemudian tiba saat Persembahan, dan Santa Perawan mengatakan: “Berdoalah seperti ini: [dan aku mengulanginya]Tuhan, aku persembahkan segala keberadaanku, segala milikku, segala kemampuanku. Aku letakkan semuanya ke dalam Tangan-Tangan-Mu. Ubahlah aku, ya Tuhan yang Mahakuasa, melalui jasa-jasa PutraMu. Aku berdoa bagi keluargaku, bagi para penderma, bagi setiap anggota Apostolate(8) kami, bagi semua orang yang menentang kami, bagi mereka yang mempercayakan diri mereka pada doa-doaku yang miskin.... Ajarilah aku untuk meletakkan hatiku di atas tanah di hadapan mereka, agar jalan mereka dapat berkurang beratnya…. Demikianlah para kudus berdoa; demikianlah aku menghendaki kalian semua berdoa.”  

Dan demikianlah Yesus meminta kita berdoa, agar kita meletakkan hati kita di atas tanah agar mereka [bagi siapa kita berdoa] tidak merasakan beratnya, melainkan kita mendatangkan kelegaan bagi mereka melalui sakit yang diakibatkan kaki mereka yang menapaki hati kita. Bertahun-tahun kemudian, aku membaca sebuah booklet doa tulisan seorang kudus yang amat aku kasihi, José Maria Escrivá de Balaguer, dan dalam booklet itu aku mendapati sebuah doa serupa dengan yang diajarkan Santa Perawan Maria kepadaku. Mungkin orang kudus ini, kepada siapa aku mempercayakan diriku, menyenangkan hati Santa Perawan dengan doa-doa tersebut.

Sekonyong-konyong, beberapa figur yang tidak aku lihat sebelumnya, mulai berdiri. Seolah dari sisi setiap orang yang hadir di Katedral, muncul seorang lainnya; dan segera saja Katedral dipenuhi oleh makhluk-makhluk muda yang menawan. Mereka mengenakan jubah yang sangat putih bersih; mereka mulai bergerak ke lorong tengah gereja, dan lalu menuju Altar.

Bunda Maria mengatakan: “Lihatlah. Mereka adalah Malaikat Pelindung dari setiap orang yang ada di sini. Inilah saat di mana para malaikat pelindung kalian menyampaikan persembahan dan doa-doa kalian di hadapan Altar Tuhan.”

Kala itu, aku sama sekali takjub sebab makhluk-makhluk ini memiliki wajah yang begitu menawan, begitu bercahaya seperti yang tak pernah dibayangkan orang. Wajah mereka begitu rupawan, nyaris tampak sebagai wajah feminin; tetapi, struktur tubuh mereka, tangan dan juga tinggi mereka maskulin. Kaki mereka yang telanjang tidak menyentuh lantai, melainkan mereka seolah meluncur. Arak-arakan itu sungguh amat indah.      

Sebagian dari mereka membawa sesuatu serupa sebuah mangkok emas dengan sesuatu [di dalamnya] yang bersinar cemerlang dengan cahaya putih keemasan. Santa Perawan Maria mengatakan: “Lihatlah. Mereka adalah para Malaikat Pelindung dari orang-orang, yang mempersembahkan Misa Kudus ini untuk banyak intensi, mereka yang sadar akan makna dari perayaan ini, mereka yang mempunyai sesuatu untuk dipersembahkan kepada Tuhan….

Persembahkanlah diri kalian pada saat ini…. Persembahkanlah penderitaan, sakit, harapan, kesedihan, sukacita kalian. Haturkanlah permohonan-permohonan kalian. Ingatlah bahwa Misa mengandung nilai yang tak terhingga. Sebab itu, bermurah-hatilah dalam persembahan dan dalam permohonan.”

Di belakang para Malaikat yang pertama, datang malaikat-malaikat lain tanpa suatupun di tangan mereka; mereka datang dengan tangan kosong. Santa Perawan mengatakan, “Mereka adalah para Malaikat dari orang-orang yang, meski ada di sini, tetapi tidak pernah mempersembahkan apapun. Mereka tidak mempunyai minat untuk mengalami setiap saat liturgis Misa, dan para malaikat mereka tidak mempunyai persembahan untuk dihaturkan di hadapan Altar Allah.”  

Di akhir prosesi, datang pula malaikat-malaikat lain yang tampak sedih, dengan tangan mereka terkatup dalam doa, tetapi mata mereka terarah ke bawah. “Mereka ini adalah para Malaikat Pelindung dari orang-orang yang ada di sini, namun tidak menghendakinya. Yakni, orang-orang yang merasa terpaksa datang, yang datang kemari karena kewajiban, tanpa kerinduan untuk ikut ambil bagian dalam Misa Kudus. Malaikat mereka maju dengan sedih hati sebab mereka tidak mempunyai suatu apapun untuk dihaturkan di hadapan Altar, terkecuali doa-doa mereka sendiri.

Janganlah mendukakan Malaikat Pelindungmu…. Mohonlah banyak-banyak. Memohonlah demi pertobatan orang-orang berdosa, demi perdamaian dunia, demi sanak saudara, demi sesama, demi mereka yang mempercayakan diri mereka pada doa-doamu. Mohonlah banyak-banyak, tidak hanya bagi dirimu sendiri, melainkan juga untuk semua orang.

Ingatlah bahwa persembahan yang paling menyenangkan Tuhan adalah ketika kalian mempersembahkan diri kalian sendiri sebagai korban bakaran agar Yesus, dengan turun-Nya ke dunia, dapat mengubah kalian melalui jasa-jasa-Nya Sendiri. Apakah yang kalian miliki dari diri kalian sendiri untuk dipersembahkan kepada Bapa? Ketiadaan dan dosa; tetapi persembahan diri kalian yang dipersatukan dengan jasa-jasa Yesus, menyenangkan Bapa.” (lanjut)

Tidak ada komentar: